Senin, 13 April 2015

Sebab akibat... Maafkan aku Suamiku.^^

Suamiku... Mungkin aku bukanlah istri yang pandai berkreasi dengan masakan.

Mungkin aku bukanlah istri yang rajin berhias dan merawat diri.

Mungkin aku bukanlah istri yang lihai dalam memanjakanmu.

Mungkin aku bukanlah istri yang siaga ketika kau butuh bantuanku.

Mungkin aku bukanlah istri yang kuat ketika sedang diuji.

Mungkin aku bukanlah istri yang berpengetahuan luas, hingga terlihat bodoh bila berdiskusi denganmu.

Aku selalu menyusahkan dirimu.

Selalu merengek ketika ingin sesuatu.

Kadang aku cemberut dalam melayanimu.

Bahkan aku meninggalkanmu dan melakujan tindakan bodoh dalam keadaan kau sedang marah.

Maafkanlah aku...
Duhai suamiku...
Dalam hatiku kini...
Aku menyesal... Mengapa aku tak pernah belajar dari isyarat yang kau berikan ?

Aku selalu mengulangi kesalahanku.

Hingga kesabaranmu habis karena kebodohanku.

Kemarin, aku bersikap begitu karna ilmu ku yang masih minim.

Dan kaupun harus tahu, selama ini aku demikian karna kau tak pernah mengajariku tentang Agama.

Pekerjaan dan Hobimu terlalu menguras waktu, pikiran dan tenagamu.

Hingga kau tak sempat memberi waktumu sedikit, untuk mengajariku dan membimbingku.

Saat kau melihat banyak perubahan pada sikap dan penampilanku, disaat itu aku sedang menuntut Ilmu dari buku ataupun media lainnya.

Duhai suamiku... Sejatinya ini adalah tugasmu. Tugasmu dalam membimbingku.

Ingatlah... Ketika kau memilihku menjadi istrimu. Dikala itu tugasmu bertambah. Dirimu kini menjadi pemimpin dalam keluarga.

Janganlah lupa untuk mengajariku dalam ilmu Agama. Karna dengan bekal ini, kita akan mampu bertemu kembali di surga-Nya. In Syaa Allah.

Rabu, 18 Maret 2015

Maafkan Aku yang Tidak Sempurna

MAAFKAN AKU SUAMIKU
Suamiku, aku memang tak pandai memasak, tak pintar merajut dan tak bisa menahan amarah. Namun aku selalu mencoba untuk belajar dan belajar.
Suamiku, aku pun seorang yang sangat mencintai kejujuran, menyayangi kesetiaan dan menghormati keterbatasan. Aku tak sempurna suamiku, tapi aku menjanjikan kesetiaan dan cinta yang tulus sejak kau menjadi imamku, dan aku akan menjaga janji itu segenap jiwaku.
Suamiku, aku pencemburu yang gila, namun kututupi semua itu dengan sebuah peti kepercayaan. Aku pemarah yang hebat namun kubalut semua itu dengan sebuah kemasan keceriaan.
Suamiku, saat peti itu kau rusak dan kemasan itu kau sobek, aku dikelilingi keadaan kalut, aku rapuh, aku sakit dan aku jatuh dalam keterpurukan, aku merasa gagal menjadi istri, aku merasa sempurna menjadi cacat dalam percintaan ini.
Suamiku, maafkan aku atas semua tanyaku, aku sering menanyakan semua kegiatan dan aktifitasmu, aku sering bertanya sedang apa dan dimana dirimu, aku selalu mengganggumu dengan semua pertanyaan-pertanyaanku. Bukan aku curiga suamiku, semua karena aku terlalu mengkhawatirkan keadaanmu dan selalu merindukan pulangmu.
Suamiku, maafkan aku yang selalu bergelanyut manja saat kau pulang kerja, aku ingin merasakan sentuhan kulitmu atau sekedar memeluk tubuh letihmu. Sedangkan kau letih dan tak mau diganggu, aku baru menyadarinya suamiku, sejak kau jarang menyentuhku kecuali kau memang ingin, dan sering membelakangiku saat tidur di kala aku ingin hanya sekedar membelai wajahmu. Karena itu suamiku, aku akan berusaha mengurangi manjaku. Aku akan berusaha tidak menggodamu bila bukan kau yang mulai. Aku sering membiarkanmu bermain koputer sendiri agar aku tak mengganggumu lagi. Namun aku akan selalu ada jika kau butuh aku suamiku.
Suamiku, saat kau pergi untuk sebuah keperluan dan harus pulang malam, maafkan aku bila aku sering marah dengan wajah masam dan dinginku, namun taukah kau suamiku, aku bukan curiga atau mengekang. Aku marah karena kau selalu telat mengabariku tentang dimana dirimu. Aku marah karena kadang kau berjanji akan pergi denganku namun tak memberi kabar, atau aku marah karena kadang kau akan bertemu orang namun tak jujur dengan siapa. Maafkan aku suamiku, aku diam saat kau pulang, aku tak bicara seolah kau merasa aku sesuka hatiku, tapi taukah kau suamiku, aku marah agar kau tak dengar amarahku yg membuatmu tambah lelah. Aku diam agar marahku reda dan tak mengeluarkan kata-kata yg membuatmu marah, benarkan sayang? Malah kau yang memarahiku suamiku...katamu aku sesuka hatiku, katamu aku tak mau mengerti aktifitasmu. Aku sedih suamiku dengan semua tuduhanmu. Aku memilih diam dan aku tau itu membuatmu kesal. Aku mungkin memang salah tapi aku selalu mencoba mengerti. Dari nada bicaramu, aku tetaplah salah, aku tetaplah istri yang tak pengertian dan sesuka hati hingga kau harus sabar dan kuat menghadapiku.
Suamiku, maafkan lagi aku, aku memang bodoh. Aku mohon suamiku, jangan berfikiran yang tidak-tidak tentangku, ini semua kulakukan karena perasaanmu yang kau ungkapkan. Kau tak harus bersabar padaku, tak harus kuat menghadapi tingkahku, aku memang salah, benci saja aku dan akupun akan siap menjauh darimu.
Suamiku, aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
Suamiku, aku menyanjungmu melebihi hidupku
Suamiku, maaf atas ego,pertanyaan dan tingkahku
Suamiku, bahagiakan dirimu dan jangan memaksakan mengatakan kau ingin melihat ku baghagia, karena kau butuh bahagia juga.
Bila kebahagiaan tak datang saat kau tak mendengar suaraku maka akulah kebahagiannmu, namun bila kebahagiaan datang saat ketiadaanku maka carilah kebahagiaan itu suamiku.
Aku ikhlas. Karena aku mencintaimu suamiku....

Kamis, 05 Maret 2015

Sakitnya Tuh Disini

Aku di sini, duduk terdiam bersama puing-puing perihku. Sakit ku mengingat masa-masa sebelum kau berubah. Dulu, kau memberiku sebuah senyuman yang belum pernah ku dapatkan sebelumnya. Rasa itu terukir dalam dengan indah. Tapi tak ku sangka, rasa cinta dan sayang yang selama ini kau beri hanyalah kebahagiaan yang semu. Kau mengagungkan sesuatu yang kau sebut cinta dengan topengmu, yang dibaliknya tersembunyi seribu bilah pisau yang siap menyerangku dan menusuk jantungku kapan saja. Atas nama cinta, kau bersandiwara di depanku. Atas nama Allah, kau bersandiwara di depan keluargaku. Astaghfirullah...

Saat kau bercerita tentang peran baikmu dalam sandiwara yang berbeda. Begitu lihai kau merangkai kata dan mengucap janji manis yang sangat indah terdengar. Awalnya aku bisa mengabaikan semua rayuan manismu, tapi kau memang takmau menyerah. Bagaimanapun juga aku seorang wanita yang selalu terbawa perasaan, akhirnya hatiku luluh saat kau berkata “Kaulah pelabuhan cinta terakhirku…” hingga akhirnya "Akad" itupun terucap dari bibirmu didepan semua orang...

waktu terasa berjalan begitu cepat hingga membuatku terjatuh dan tak sadarkan diri lagi. Bodoh aku yang percaya dengan semua sikap dan ucapanmu. Kau membuatku berkorban hanya untuk dirimu. Diam-diam kau menusukku dari belakang dengan belati dibalik topengmu yang terukir indah. Kata-kata cinta yang kau beri racun, membuatku tidak menyadari sakit yang begitu dalam.

Apa kau masih menjunjung tinggi "janji sebuah akad" yang pernah kau berikan untukku? Janji bahwa kau takkan pernah meninggalkanku.

Mengapa hati ini masih menyimpan kenangan-kenangan indah itu? Setiap detik di sisimu terekam jelas dan tersimpan indah di sudut hati kecilku. Tapi semua itu hanyalah sandiwaramu, kau adalah seorang pemain yang memiliki seribu topeng dan beribu tipu muslihat untuk mendapatkan apa yang kau mau.

Kau menikahiku dengan bualanmu untuk menjadikanku permainan. Setelah kau mendapatkan kesenangan yang kau cari, dan kau bosan denga permainan itu, kau membuangku dan menganggapku tak pernah ada dalam hidupmu. Entah apa yang membuatmu melakukan semua itu. Apa rasa sakit dan kecewamu terhadap orangtuamu yang pernah kau ceritakan itu yang membuatmu tak punya perasaan lagi seperti ini? Atau memang inilah dirimu yang sebenarnya?

Seharusnya aku mendengar apa kata mereka dulu, tapi aku terlalu angkuh dengan perasaan itu. Ya…hatiku terlalu meninggikanmu karena terlalu mudah aku terbuai oleh setiap katamu. Salah ku memberimu kesempatan untuk bermain api dibelakangku. Sekarang aku hanya bisa menyesali kepolosanku berhadapan dengan orang sepertimu.
Tapi apa gunanya rasa sesal itu? Aku telah tersakiti, perih yang sangat dalam dan aku harus membuang perasaan yang dulu kubanggakan. Aku malu dengan diriku.

Tak ada lagi kata yang bisa menggambarkan rasa sakitku yang begitu dalam. Kini ku merasa, kau adalah orang terjahat yang pernah ku temui selama hidupku.

#Januari2015#



Senin, 16 Februari 2015

The Real Love after Nikah

Duhai penyempurna separuh agamaku...
#
Jangan letih untuk terus menegur khilafku.
#
Jangan menyerah untuk membimbingku.
#
Allah telah pilihkan dirimu untuk menemani sisa hidupku.
#
Telah kupasrahkan diri ini hidup bersamamu.
#
Maafkan bila aku tak sempurna dalam membahagiakanmu.
#
Maafkan bila aku belum mampu menjadi apa yang kau harapkan.
#
Namun... Tak pernah letih disini aku berbenah diri.
#
Mencari dan mencoba segala yang belum mampu kuberi.
#
Berusaha dan berjuang tak kenal lelah dalam membuatmu bangga padaku.
#
Dan aku berharap semua lelahku menghadirkan berkah dariNya.
#
Duhai engkau yang telah memilihku.
#
Eratkan jemari kita saat mulai melangkah.
#
Peganglah yang kuat saat menghadapi setiap episode kehidupan.
#
Samakan langkah dan luruskan niat dalam meraih ridhoNya.
#
Jangan menyerah ketika angin berhembus kencang. Ketika mungkin suatu hari nanti aku belum bisa membawakanmu rezeki yang cukup atau bahkan membuatmu harus menitihkan air mata karna menahan lapar. Dan aku harap kita tetap bersama melaluinya.
#
Jangan lepaskan peganganmu ketika badai menerpa. Ketika aku atau dirimu diuji kesabarannya melalui sakit yang dilimpahkan pada tubuh kita. Menjadikan salah satu diantara kita harus berjuang sendiri mencari rezeki. Dan aku berharap kita tetap saling menjaga dan menguatkan meski mungkin nanti aku akan merepotkanmu dengan sakit yang Allah beri.
#
Teruslah kita saling menguatkan dengan kekuatan cinta karenaNya. Ketika rambutku mulai memutih, badanku mulai membungkuk, jalanku mulai lambat, pendengaranku mulai samar, penglihatanku mulai buram, ingatanku mulai memudar dan manjaku mulai tenggelam karna berkurangnya usiaku. Aku berharap kita tidak lupa dengan janji padaNya. Mencintai terus sampai ke surga. Dan tetap saling membantu dalam meraih keridhoanNya.
#
Dan yakinlah tak akan cukup bersatu didunia. Maka berdoalah agar Allah satukan kita sampai ke Surga. Aamiin Allahumma Aamiin

#justbewithyou#likeislam#pernikahan#youandme#muslim#dakwah#pukpukpuk#therealloveafternikah

Rabu, 04 Februari 2015

Takdir Allah Pasti Baik

Manusia hanya bisa merancang. Namun Allah Azza Wa Jalla lah yang berhak menentukan disatukannya atau dipisahkan. Semoga dalam penantian ini,, Allah sabarkan hati kita masing2, Allah kuatkan iman kita masing2, dan Allah kuatkan keyakinan kita untuk terus sama2 memperbaiki diri sebelum waktu itu tiba. Lahaulla Walla Quwwata Illah Billah...
 I'm still waiting here for you coz Allah...
Bismillah.. Takdir Allah pasti baik.

Senin, 02 Februari 2015

Aku Tahu

Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membuatmu kaget di awal pernikahan...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang tak kau sukai...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membuatmu tak nyaman...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membuatmu kecewa...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membuatmu tak tahu harus bagaimana lagi menasehatiku...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membuatmu akhirnya menyerah mendampingiku...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membuatmu akhirnya ingin melepaskanku...
Aku tahu begitu banyak sikap dan sifatku yang membawaku pada permasalahan hidup ini...
Dan...
Saat ini aku mulai sadar...
begitu banyak sikap dan sifatku yang pada akhirnya membuatku merasakan semua "sakit" ini...
Aku tahu... saat ini hanya semua kekuranganku yang ada dipikiranmu..
Aku tahu... sudah tak ada secuil kelebihanku yang dapat kau lihat...

Ya Allah...
Aku Tahu terlalu banyak sikap dan sifatku yang membuat orang-orang di sekitarku merasa tak nyaman denganku....
Ya Allah...
Aku bingung bagaimana aku harus mengontrol semua sifat dan sikapku...

Ya Allah...
Aku butuh seseorang yang sanggup bersabar dalam menghadapi semua sikap dan sifatku...
Aku butuh
Aku butuh seseorang yang sanggup bersabar menemaniku untuk mencari ridhaMu seumur hidupnya...
Aku butuh seseorang yang sanggup bersabar dalam menasehatiku...
Aku butuh seseorang yang sanggup menahan lelah dalam membimbingku...
Aku butuh seseorang yang sanggup  bersabar dalam menghebatkanku...

Apakah ada "seseorang" itu untukku??

Adakah yang mencintaiku dan ingin kucintai dengan sederhana?
Mencintai dengan keluasan hati untuk menerima apa adanya. Sebuah penerimaan tanpa segudang persyaratan dan setumpuk keinginan. Karena bagiku, tak perlu mencari yang sempurna, jika yang sederhana saja sudah membuatku bahagia.

Cinta yang tak muluk. Cinta lewat tatap mata walau tak sempat terucap kata. Cinta yang mungkin tak terlihat. Cinta yang sederhana. Cinta yang jika engkau tidak mampu membuatnya tertawa, cukuplah untuk membuatnya tidak terluka.

Adakah? Siapakah?

Ya, aku ingin mencintai dan dicintaimu dengan sederhana.
Aku mencintaimu, dengan segala kesederhanaanmu. Karena sesungguhnya, kesederhanaanmu lah yang membuatmu istimewa di mataku, dan hatiku.. Selalu, seperti dulu.

Sesederhana itu....

Kamis, 29 Januari 2015

Lelah bukan berarti menyerah

Dan saat ini...
Harapan itu semakin tipis bagai tulisan di pasir pantai dan hilang terbawa ombak...
Namaku sudah tidak ada lagi di hatimu, cinta itu hilang berpendar entah kemana...
Setiap ku ucapkan kata-kata cinta padamu, tak satupun kau membalasnya...
Kau berusaha keras melupakan segala kenangan tentang kita...
Dan aku disini masih sibuk menata hati untuk segera bergegas pergi ke belahan bumi mana...
Tanpa membawa kenangan denganmu, kenangan kita...

Lelah...
Mencintai seseorang yang tidak membalas cintamu...
Sudah berjuang untuknya namun ia berjuang untuk harapan yang lain... Jadi untuk apa bertahan dihati yang tidak mau dipertahankan ?
Jadi kenapa masih harus menangisi dengan menziarahi  kenangan yang lalu ?
Bila kini ia yang ditangisi sedang melalang buana dengan sekelumit harapan baru dengan hati yang baru !

Apa aku menyerah saat ini? Tidak.
Aku akan tetap menjalankan kewajibanku sebagai isteri, walaupun sebagian hak ku tidak ku dapatkan...
Aku akan tetap berusaha terus memperbaiki diriku agar aku bisa menjadi seorang isteri sholihah...
Aku akan tetap berusaha dengan berdoa untuk keutuhan rumah tanggaku...
 Aku akan tetap berusaha dengan mengembalikan semua padanNya.
Aku akan tetap melakukannya sampai waktu keputusan itu tiba.